Workshop Literasi GSMB sebagai bekal menghadapi AKM

Kondisi pendidikan saat ini telah berada di era disrupsi yang menuntut keterampilan adab 21 era revolusi industri 4.0 dimana setiap orang harus dapat beradaptasi dengan teknologi dunia digital. Beberapa dampak dari adanya revolusi industri 4.0 diantaranya; meningkatnya kebutuhan dunia kerja terhadap high order skills, kemampuan guru-guru di Indonesia masih belum sebaik standar yang diharapkan terutama dibidang teknologi digital, serta ketimpangan kualitas pendidikan yang terlihat antara pulau Jawa dan daerah-daerah lainnya di Indonesia.

Untuk itulah dibutuhkan reformasi asesmen untuk mendorong peningkatan kualitas pembelajaran.  Adanya pandemi Covid-19 menjadi momen tepat untuk meniadakan UN (Ujian Nasional) 2020. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim mengatakan, tahun 2020 akan menjadi tahun terakhir pelaksanaan ujian nasional. UN pada tahun 2021 akan diganti dengan Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survei Karakter.  

Asesmen Nasional 2021 adalah pemetaan mutu pendidikan pada seluruh sekolah, madrasah, dan program kesetaraan jenjang dasar dan menengah. Mutu diukur menggunakan tiga instrumen.

Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) mengukur literasi membaca dan numerasi sebagai hasil belajar kognitif, survei karakter mengukur sikap, kebiasaan, nilai-nilai (values) sebagai hasil belajar non-kognitif sedangkan survei lingkungan belajar mengukur kualitas pembelajaran dan iklim sekolah yang menunjang pembelajaran.

Tujuan asesmen nasional adalah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Asesmen nasional dilakukan untuk mengevaluasi kinerja satuan pendidikan dan sekaligus menghasilkan informasi untuk perbaikan kualitas belajar-mengajar, yang kemudian diharapkan berdampak pada karakter dan kompetensi siswa.

Dalam rangka mempersiapkan kualitas guru untuk menghadapi AKM tersebut, SMA Future Gate bekerjasama dengan GSMB (Gerakan Sekolah Menulis Buku) mengadakan workshop intern bagi seluruh guru dan karyawan yang terdiri dari:

  • Workshop Instruktur Literasi
  • Workshop Literasi Sekolah
  • Workshop Literasi Numerik
  • Workshop Literasi Digital
  • Workshop Literasi Budaya dan Kewargaan
  • Workshop Merdeka Belajar

Mengapa perlu mengukur literasi dan numerasi?

Literasi membaca dan numerasi adalah dua kompetensi minimum bagi siswa untuk bisa belajar sepanjang hayat dan berkontribusi pada masyarakat. Menurut studi nasional dan internasional, tingkat literasi siswa Indonesia masih rendah, berdasarkan hasil PISA (Programme for International Student Assessment) membuktikan kurang memadainya hasil pendidikan dasar dan menengah.

Literasi Membaca

Kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, merefleksikan berbagai jenis teks untuk menyelesaikan masalah dan mengembangkan kapasitas individu sebagai warga Indonesia dan warga dunia agar dapat berkontribusi secara produktif di masyarakat.

Literasi Numerasi

Kemampuan berpikir menggunakan konsep, prosedur, fakta, dan alat matematika untuk menyelesaikan masalah sehari-hari pada berbagai jenis konteks yang relevan untuk individu sebagai warga negara Indonesia dan dunia.

Mengapa harus mengukur karakter?

Pendidikan bertujuan mengembangkan potensi siswa secara utuh.  Asesmen nasional mendorong mengembangkan sikap, nilai (values), dan perilaku yang mencirikan pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa, berakhlak mulia, bernalar kritis, mandiri kreatif, bergotong royong, dan berkebhinekaan global.

Hal ini sangat sejalan dengan visi misi SMA Future Gate dalam membentuk karakter siswa secara utuh berlandaskan Al-Qur’an dan As-Sunnah dalam menghadapi era disrupsi yang penuh tantangan ini. Dengan diterapkannya AKM maka hasil asesmen tersebut dapat digunakan untuk diagnosis masalah dan perencanaan perbaikan pembelajaran baik oleh guru, kepala sekolah, maupun dinas pendidikan. 

( Novita Sari, S.Pd – Tim Literasi )